Rabu, 02 Februari 2011

kereta api uap bergerigi yg tersisa didunia tinggal 3, salah satunya di Indonesia

3 dari kereta api uap bergerigi yg tersisa di dunia ada di Indonesia? Benarkah?

Jawabannya adalah ya benar.

Kereta api uap bergerigi bisa kita jumpai di Museum Kereta Api Ambarawa. selain di ambarawa Kereta api uap bergerigi ini bisa kita temui di Swiss dan India. dimuseum yang terdapat di jawa tengah ini kita bisa melihat bahkan bisa menaiki Salah satu kereta api uap dengan lokomotif nomor B 2502 dan B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen. Selain koleksi-koleksi kereta api uap , masih dapat disaksikan berbagai macam jenis lokomotif uap dari seri B, C, D hingga jenis CC yang paling besar (CC 5029, Schweizerische Lokomotiv und Maschinenfabrik) di halaman museum.

Kenapa bisa dikatakan kereta api uap bergerigi?


Lokomotif uap bergerigi itu membutuhkan waktu 2,5 jam untuk memanaskan 2000 meter kubik air dalam ketel uap. Kayu yang menjadi bahan bakarnya harus jenis kayu yang keras, seperti pohon jati. Setelah panas kereta pun dijalankan dengan kecepatan maksimal 45 kilometer per jam. Untuk mengoperasikan kereta tua itu diperlukankan masinis yang mengerti proses pembakaran energi kereta kuno.

Untuk menggerakkan roda kereta api uap air dari ketel uap dialirkan ke ruang dimana piston diletakkan, uap air masuk akan menekan piston untuk bergerak dan di sisi lain diruang piston uap air yang berada diruang tersebut didorong keluar demikian seterusnya. Uap air diatur masuk kedalam ruang piston oleh suatu mekanime langsung seperti ditunjukkan dalam gambar. Selanjutnya piston akan menggerakkan roda mealui mekanisme gerakan maju mundur menjadi gerak putar.

bentuk rel kereta api uap bergerigi sangat berbeda dengan rel kereta api pada umumnya


Kereta bergerigi mampu berjalan pada kemiringan 30 derajat.gerigi - gerigi ini mempunyai fungsi sebagai penahan biar tidak meluncur bila kereta sedang melewati jalur yang menanjak maupun menurun

Berbagai macam sistem jalur rel gigi telah dikembangkan
1. Sistem Riggenbach

menggunakan rak tangga, membentuk plat baja yang dihubungkan ruji bulat pada jarak yang beraturan. Sistem Riggenbach merupakan sistem pertama yang ditemukan, dan menderita masalah di mana rak tertentunya lebih rumit dan mahal untuk dibangun daripada sistem lain. Terkadang sistem ini dikenal sebagai sistem Marsh, karena penemuan serempak oleh penemu Amerika, Syvester Marsh, pembangun jalur rel Mount Washington

2. Sistem Abt

ditemukan oleh Roman Abt, insinyur lokomotif Swiss yang mengerjakan jalur yang diperlengkapi dengan sistem Riggenbach, sebagai sistem rak yang diperbaiki. Rak Abt menonjolkan plat baja yang naik secara vertikal dan sejajar dengan rel, dengan gigi rak yang dimesinkan ke profil tepat padanya. Ini memakai gigi ujung sayap lokomotif yang lebih lancar daripada sistem Riggenbach. 2 atau 3 set paralel plat rak Abt digunakan, dengan sejumlah ujung sayap yang menggerakkan pada lokomotif yang berhubungan, untuk memastikan bahwa 1 gigi ujung sayap selalu digunakan dengan aman

3. Sistem Strub

mirip dengan Abt namun hanya menggunakan 1 baris plat rak yang lebih lebar. Merupakan sistem rak termudah untuk dibiayai dan telah banyak terkenal

4. Sistem Locher

menggunakan gigi gir yang dipotong di sisinya daripada di atas rel, digunakan oleh 2 roda gigi di lokomotif. Sistem ini memungkinkan penggunaan pada tanjakan daripada sistem lain, yang giginya bisa melompat dari rak. Digunakan di jalur rel Gunung Pilatus

5. Sistem menurun
(sebenarnya bukan sistem rak/para-para) menggunakan rel tengah yang timbul yang dipegang dengan mekanisme pada mesin




Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Lokomotif_uap
http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Kereta_Api_Ambarawa

Tidak ada komentar: