Dibandingkan zaman orangtua kita yang harus menelusuri semua dokumentasi
yang ada di arsip perpustakaan hanya untuk mengetahui berita masa lalu,
saat ini kita bisa menemukan hampir semua informasi yang dibutuhkan
hanya berbekal sambungan internet, bahkan tanpa perlu meninggalkan
tempat tidur. Apalagi dengan adanya media sosial, menemukan informasi
tentang seseorang nggak akan sesulit dulu. Bahkan mungkin nggak perlu
susah-susah mencari, si orang tersebut sudah membeberkan semua tentang
hidupnya di media sosial.
Jadi, menurut saya salah satu hal yang
paling tak terhindari di era internet ini adalah keinginan untuk mencari
tahu atau mengikuti seseorang di dunia maya—atau istilahnya, stalking.
Berhubung ini dilakukan via internet, mungkin lebih tepatnya disebut
sebagai cyberstalking.
Teman kantor saya (yang jauh lebih tua
daripada saya—pastinya) pernah bercerita bahwa semasa SMA, untuk
mengecek apakah cowok yang dia suka sudah pulang ke rumah atau belum,
dia jalan jauh ke rumah si cowok hanya untuk melihat apakah sepatunya
ada atau tidak di teras depan rumahnya. Terima kasih teknologi, sekarang
mungkin kita nggak sampai perlu serepot itu. Cek aja timeline Twitter
si cowok, siapa tahu ada informasi di mana keberadaannya. Kalau nggak
ada di Twitter mungkin ada di Facebook, Path, Instagram, Foursquare dan
berbagai macam jenis media sosial lain.
Cyberstalking membuat
segalanya lebih mudah. Tentunya ini hanya berlaku kalau orang yang kita
suka sangat eksis di sosial media ya. Kalau nggak eksis, ya nasib.
Sesungguhnya peraturan mendasar dalam cyberstalking adalah: jangan mengganggu hal-hal yang ada di depan mata kita, dan JANGAN SAMPAI MENINGGALKAN JEJAK.
Satu kesalahan bisa membuat penyamaran terbongkar. Oleh karena itu,
berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa teman yang membagi ceritanya
tentang cyberstalking, berikut ini beberapa kiat yang siapa tahu
berguna. Jangan sampai Anda melakukan kesalahan fatal yang mengacaukan
kegiatan cyberstalking Anda. Atau lebih parah, ketahuan oleh orang yang
sedang kita stalking.
1. Tentukan tujuan stalking, kemudian fokuslah untuk mencapai tujuan tersebut
Seperti
juga hidup, cyberstalking harus ada tujuannya dan kita harus fokus
terhadap tujuan tersebut. Nggak usah bolak-balik memelototi fotonya yang
terlihat, ‘Awww cute banget!’ dan membuat kita sampai termimpi-mimpi.
Ingat, kita punya misi di sini, entah itu mengetahui apakah dia sudah
punya pasangan atau belum, bagaimana latar belakang hidupnya, melihat
lingkaran pertemanannya, dan lain-lain. Jadi sangat penting untuk
menetapkan tujuan di awal, supaya kita nggak terlanjur terseret
kehilangan fokus, seperti misalnya justru malah stalking semua perempuan
yang meng-klik ‘like’ di bawah foto-fotonya (kita, para perempuan,
biasanya sering kayak gini nih, hehe).
2. Jangan klik apa pun kecuali tombol ‘next’ dan scroll ke bawah
Iya,
saya tahu pasti gatal banget ingin ikut komentar kayak, “Waw, keren
banget. Ini di mana?”. Kita juga harus sanggup untuk menahan diri supaya
nggak mengklik tombol hati, ‘like’, atau retweet. Apalagi kalau
ternyata kita me-like foto atau tweet empat tahun yang lalu. Ketahuan
banget kita lagi stalking. Ingat peraturan dasar: jangan tinggalkan
jejak. Kalau nggak yakin bahwa kita bisa menahan diri, mungkin kegiatan
cyberstalking bisa dilakukan bersama sahabat (supaya ada yang
mengingatkan, gitu!). Selanjutnya, keep calm and scroll the timeline.
3. Jangan makan dan minum sewaktu cyberstalking
Selain
akan membuat berat badan kita bertambah (singkirkan jauh-jauh keripik
kentang, cokelat, dan minuman bersoda), melakukan cyberstalking sambil
makan dan minum bisa menjadi bencana. Misalnya makanan kita jatuh nggak
sengaja di atas keyboard, lalu kita berusaha membersihkannya dan nggak
sengaja meng-klik atau memencet sesuatu. Ucapkan selamat tinggal pada
tidak ada jejak. Pokoknya, stay clean, ladies.
4. Poker face
Mungkin
ini yang paling susah dari semuanya: bersikap bahwa kita pura-pura
nggak tahu apa yang pernah dan sedang terjadi dalam hidupnya.
Bersikaplah santai seolah-olah nggak terjadi apa-apa. Jangan sampai kita
kelepasan bilang padanya saat bertemu, “Waktu kuliah ternyata kamu
kurus banget, ya!” yang membuat dia bertanya kenapa kita bisa tahu.
Padahal alasan kenapa kita tahu adalah karena dia di-tag dalam sebuah
foto oleh temannya dan dia sendiri bahkan belum tentu sadar bahwa ada
foto tersebut (apalagi kalau ternyata dia nggak terlalu hobi meng-update
foto-fotonya di internet).
Nggak ada yang salah dengan sedikit
berkomentar di status Facebook atau me-RT tweet yang memang baru saja
dia posting, selama itu nggak berlebihan. Dan satu yang perlu diingat,
jangan sampai kegiatan ini menjadikan kita sangat terobsesi pada si dia
dan terus menerus memantau semua media sosialnya demi mendapatkan
sedikit update. Karena apa pun yang berlebihan itu pasti nggak sehat.
Terakhir, saya hanya bisa bilang: semoga sukses, ya, cyberstalkingnya!
sumber : yahoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar