Kamis, 21 November 2013

Empat Kiat 'Stalking' di Internet Tanpa Ketahuan

Dibandingkan zaman orangtua kita yang harus menelusuri semua dokumentasi yang ada di arsip perpustakaan hanya untuk mengetahui berita masa lalu, saat ini kita bisa menemukan hampir semua informasi yang dibutuhkan hanya berbekal sambungan internet, bahkan tanpa perlu meninggalkan tempat tidur. Apalagi dengan adanya media sosial, menemukan informasi tentang seseorang nggak akan sesulit dulu. Bahkan mungkin nggak perlu susah-susah mencari, si orang tersebut sudah membeberkan semua tentang hidupnya di media sosial.

Jadi, menurut saya salah satu hal yang paling tak terhindari di era internet ini adalah keinginan untuk mencari tahu atau mengikuti seseorang di dunia maya—atau istilahnya, stalking. Berhubung ini dilakukan via internet, mungkin lebih tepatnya disebut sebagai cyberstalking.



Teman kantor saya (yang jauh lebih tua daripada saya—pastinya) pernah bercerita bahwa semasa SMA, untuk mengecek apakah cowok yang dia suka sudah pulang ke rumah atau belum, dia jalan jauh ke rumah si cowok hanya untuk melihat apakah sepatunya ada atau tidak di teras depan rumahnya. Terima kasih teknologi, sekarang mungkin kita nggak sampai perlu serepot itu. Cek aja timeline Twitter si cowok, siapa tahu ada informasi di mana keberadaannya. Kalau nggak ada di Twitter mungkin ada di Facebook, Path, Instagram, Foursquare dan berbagai macam jenis media sosial lain.

Cyberstalking membuat segalanya lebih mudah. Tentunya ini hanya berlaku kalau orang yang kita suka sangat eksis di sosial media ya. Kalau nggak eksis, ya nasib.

Sesungguhnya peraturan mendasar dalam cyberstalking adalah: jangan mengganggu hal-hal yang ada di depan mata kita, dan JANGAN SAMPAI MENINGGALKAN JEJAK. Satu kesalahan bisa membuat penyamaran terbongkar. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman pribadi dan beberapa teman yang membagi ceritanya tentang cyberstalking, berikut ini beberapa kiat yang siapa tahu berguna. Jangan sampai Anda melakukan kesalahan fatal yang mengacaukan kegiatan cyberstalking Anda. Atau lebih parah, ketahuan oleh orang yang sedang kita stalking.

1. Tentukan tujuan stalking, kemudian fokuslah untuk mencapai tujuan tersebut
Seperti juga hidup, cyberstalking harus ada tujuannya dan kita harus fokus terhadap tujuan tersebut. Nggak usah bolak-balik memelototi fotonya yang terlihat, ‘Awww cute banget!’ dan membuat kita sampai termimpi-mimpi. Ingat, kita punya misi di sini, entah itu mengetahui apakah dia sudah punya pasangan atau belum, bagaimana latar belakang hidupnya, melihat lingkaran pertemanannya, dan lain-lain. Jadi sangat penting untuk menetapkan tujuan di awal, supaya kita nggak terlanjur terseret kehilangan fokus, seperti misalnya justru malah stalking semua perempuan yang meng-klik ‘like’ di bawah foto-fotonya (kita, para perempuan, biasanya sering kayak gini nih, hehe).

2.  Jangan klik apa pun kecuali tombol ‘next’ dan scroll ke bawah
Iya, saya tahu pasti gatal banget ingin ikut komentar kayak, “Waw, keren banget. Ini di mana?”. Kita juga harus sanggup untuk menahan diri supaya nggak mengklik tombol hati, ‘like’, atau retweet. Apalagi kalau ternyata kita me-like foto atau tweet empat tahun yang lalu. Ketahuan banget kita lagi stalking. Ingat peraturan dasar: jangan tinggalkan jejak. Kalau nggak yakin bahwa kita bisa menahan diri, mungkin kegiatan cyberstalking bisa dilakukan bersama sahabat (supaya ada yang mengingatkan, gitu!). Selanjutnya, keep calm and scroll the timeline.

3.  Jangan makan dan minum sewaktu cyberstalking
Selain akan membuat berat badan kita bertambah (singkirkan jauh-jauh keripik kentang, cokelat, dan minuman bersoda), melakukan cyberstalking sambil makan dan minum bisa menjadi bencana. Misalnya makanan kita jatuh nggak sengaja di atas keyboard, lalu kita berusaha membersihkannya dan nggak sengaja meng-klik atau memencet sesuatu. Ucapkan selamat tinggal pada tidak ada jejak. Pokoknya, stay clean, ladies.

4. Poker face
Mungkin ini yang paling susah dari semuanya: bersikap bahwa kita pura-pura nggak tahu apa yang pernah dan sedang terjadi dalam hidupnya. Bersikaplah santai seolah-olah nggak terjadi apa-apa. Jangan sampai kita kelepasan bilang padanya saat bertemu, “Waktu kuliah ternyata kamu kurus banget, ya!” yang membuat dia bertanya kenapa kita bisa tahu. Padahal alasan kenapa kita tahu adalah karena dia di-tag dalam sebuah foto oleh temannya dan dia sendiri bahkan belum tentu sadar bahwa ada foto tersebut (apalagi kalau ternyata dia nggak terlalu hobi meng-update foto-fotonya di internet).

Nggak ada yang salah dengan sedikit berkomentar di status Facebook atau me-RT tweet yang memang baru saja dia posting, selama itu nggak berlebihan. Dan satu yang perlu diingat, jangan sampai kegiatan ini menjadikan kita sangat terobsesi pada si dia dan terus menerus memantau semua media sosialnya demi mendapatkan sedikit update. Karena apa pun yang berlebihan itu pasti nggak sehat.

Terakhir, saya hanya bisa bilang: semoga sukses, ya, cyberstalkingnya!


sumber : yahoo

Tidak ada komentar: