Barang Dijual ke Tukang Botot
KISARAN-METRO; Benda-benda kuno yang diyakini peninggalan abad ke 18 Masehi ditemukan di aliran Sungai Silau Kisaran, Minggu (13/3). Benda kuno itu berupa piring proslen, mangkuk proslen, uang benggol kuno patung berwajah wanita Eropa, serta kayu berukuran besar.
(F:mtero/Susilawady)
Salahsatu benda antik yang ditaksir berusia ratusan tahun yang ditemukan warga.
(F:mtero/Susilawady)
Salahsatu benda antik yang ditaksir berusia ratusan tahun yang ditemukan warga.
Penemu benda kuno yakni Sarudin (63) dan putranya, Idris (28), warga jalan Sei Asahan Kelurahan Tegal Sari Kecamatan Kota Kisaran Timur, menemukan benda -
Informasi dihimpun, penemuan benda kuno secara bertahap. Penemuan itu bermula saat mereka menyelam ke dasar sungai untuk mencari pasir sekitar seminggu lalu.
Saat itu ayah dan anak ini menemukan beberapa benda antik seperti kepingan bengol/uang kuno dan tembaga tua. Karena memerlukan uang untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga, akhirnya ayah dan anak ini menjual barang-barang antik yang mereka jual kepada seorang pedagang bekas keliling (tukang botot).
“Kami tidak peduli apakah ini benda bersejarah atau benda kuno, yang penting laku dijual dan kami bisa mendapatkan uang, walau jumlahnya sedikit, yang penting bisa lepas beli rokok,” kata Sarudin dengan polos.
Sementara menurut Sejarawan Kabupaten Asahan, Zasnis Sulungs ketika meninjau sisa-sisa benda kuno tersebut mengatakan, melihat bendanya, diyakini benda yang ditemukan di dasar Sungai Silau itu milik bangsa Eropa dan Asia. Karena menurut sejarah, sekitar abad ke 18, Sungai Silau merupakan jalur perdagangan bangsa asing.
Zasnis menambahkan, dahulu di desa Tanjung Alam, Kecamatan Seidadap, Kabupaten Asahan saat ini, pernah berdiri Pelabuhan kerajaan Kesultanan Asahan ke-5, Dewasah yang beristrikan wanita etnis Tionghoa kebangsaan Malaysia. Sehingga banyak pedagang membawa barang pecah belah ke wilayah Asahan untuk dipasarkan.
Tidak hanya itu, menurut buku Lukman Sinar yang mengutip tulisan petingggi Belanda, John Andarson, mengatakan, sejak tahun 1.513 Masehi, bangsa Portugis telah menyusuri Sungai Silau sampai ke Batu Kikir, Kecamatan BP Mandoge, Kabupaten Asahan untuk berdagang, setelah menaklukkan kerajaan Malaka (Malaysia).
“Zaman dahulu, Sungai Silau itu dalam sehingga kapal layar asing bisa melalui jalur itu untuk berdagang. Rumor yang ada di masyarakat bahwa di dasar Sungai Silau Kisaran, ada kayu yang terbenam, dan itu diyakini adalah kapal yang karam pada waktu itu,” ungkap Zasnis.
Tenggelamnya kapal itu, kata Zasnis, pasti disebabkan ada peperangan antara bangsa asing dengan kerajaan yang berkuasa di masa itu. Untuk pembuktiannya, harus dilakukan penelitian dengan mengangkat kapal itu. Ditambah lagi dengan ditemukannya barang pecah belah seperti piring, sendok, mangkuk yang bertuliskan Nederlansch dan Prancis, serta koin terbuat dari tembaga, milik bangsa asing. Kemudian ditemukannya pecahan patung wanita terbuat dari tanah liat diduga berasal dari Itali.
“Oleh sebab itu, sebaiknya potensi ini harus segera digali agar diteliti, sehingga hal itu tidak hanya sekedar dugaan, sehingga barang-barang itu jelas dari mana, dan mengetahui peradaban di masa itu. Apakah ada kaitan dengan Kesultanan Asahan, atau pada masa penjajahan Belanda,” tandas Zasnis.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar