Senin, 21 Oktober 2013

Olahraga Malam, Ini Syaratnya

OLAHRAGA seperti lari, idealnya dilakukan pada pagi hari. Namun banyak orang tidak sempat lantaran harus berkejaran dengan kemacetan menuju kantor. Olahraga pada malam hari akhirnya jadi pilihan. Sehatkah?

Dokter spesialis olahraga, dr Tanya RM Rotikan, SpKO dan pengajar di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Drs Sumardiyanto, M.Pd merekomendasikan, olahraga sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Jika aktivitas fisik tersebut dilakukan pada malam hari, maka ada "aturan main" yang harus dipatuhi.



"Latihan fisik aerobik termasuk di dalamnya lari, tidak harus dilakukan pada malam hari. Tidak ada keuntungan lebih olahraga pada malam hari, kecuali dibanding kita lari di siang hari, dimana bisa dehidrasi. Itu soal lain lagi," ujar dr.Tanya.

Hal sama disampaikan Sumardiyanto. Kata dia, olahraga sebaiknya dilakukan pagi hari sekitar pukul 07.00-08.00 WIB. Namun untuk orang yang memiliki penyakit asma misalnya, olahraga sebaiknya dilakukan sekitar pukul 10.00 WIB.

"Pada saat itu sudah ada sinar matahari yang mengandung vitamin D dan udara tidak lembab," ujar Sumardiyanto yang juga menjadi instruktur olahraga.

Bagi yang tidak sempat lari pagi dan melakukannya pada malam hari?

Dokter Tanya mengatakan, olahraga apapun di malam hari termasuk lari, harus memperhatikan pengaturan waktu antara aktivitas fisik dan jam tidur. Selain itu, mempertimbangkan jarak antara waktu makan malam dan olahraga.

"Jika habis olahraga langsung makan bisa menimbulkan gangguan pencernaan. Apalagi jika yang dimakan makanan berat. Kecuali jika cukup makan snack," jelas dr. Tanya.

Jarak waktu antara beraktivitas fisik dan jam tidur juga perlu diperhatikan. Dia mengatakan, apabila ingin melakukan olahraga di malam hari, maka lakukan dua jam sebelum tidur.

Sebab, usai melakukan aktivitas fisik, hormon-hormon seperti endorphin dan sebagainya akan meningkat.

“Kalau dipaksakan tidur setelah olahraga, proses penurunan hormon-hormon tadi akan membuat mereka terbangun. Jadi, perlu jarak waktu kira-kira dua jam antara aktivitas fisik dan jam tidur untuk menurunkan hormon,” jelas dr.Tanya.

Sementara itu, Sumardiyanto mengungkapkan, memang ada tren para pekerja maupun profesional berolahraga pada malam hari. Umumnya mereka bermain futsal. Biasanya, mereka sudah makan malam pada pukul 17.00 WIB. Setelah maghrib, mereka baru melakukan aktivitas fisik.

Sumardiyanto juga berpendapat perlunya pengaturan waktu yang baik antara aktivitas fisik dengan jam makan serta waktu tidur. Harus ada jarak antara makan malam dan olahraga. Bila usai makan langsung berolahraga justru akan membuat lambung terganggu.

"Berilah jarak antara satu hingga dua jam setelah makan baru bisa melakukan olahraga," katanya.

Usai olahraga, lanjut Sumardiyanto, sebaiknya tidak makan makanan berat. Makan buah-buahan cara paling sehat. Makan makanan berat usai olahraga (dalam kondisi pasif) akan berakibat pada penumpukan lemak. Intinya pola makan harus dijaga dan bersifat menetap.

Bagaimana memilih olahraga pada malam hari?

Sumardiyanto menyarankan, olahraga pada malam hari seharusnya dilakukan di dalam ruang. Olahraga lari di luar ruang pada malam hari cukup berbahaya, terutama bagi mereka yang belum terbiasa. Cuaca malam kurang bersahabat dibanding pada pagi hari.

"Olahraga malam hari yang dipilih sebaiknya yang meningkatkan kebugaran tubuh, seperti senam. Jika terbiasa bulutangkis, itu bisa dilakukan. Tetapi kalau belum terbiasa, juga kurang bagus," tambahnya.
Tren sekarang, selain futsal orang-orang yang pulang kantor umumnya memilih olahraga senam, fitnes, dan angkat beban.

Untuk olahraga lari di malam hari sebaiknya dengan treadmill, sehingga tetap berada di dalam ruang. "Lama waktu olahraga seperti aerobik cukup 1-2 jam termasuk untuk pemanasan dan pendinginan," ujar Sumardiyanto

sumber : Yahoo.com

Tidak ada komentar: