Banyak kisah menarik yang bisa kita dapat pada kisah-kisah para Nabi. Al-Qur’an
mengabadikan banyak Kisah para Nabi agar ummat dapat belajar, memahami dan
mengambil hikmahnya. Salah satu kisah yang menarik adalah kisah Nabi Yusuf
A.S.
Kebanyakan dari kita saat mendengar kisah Nabi Yusuf A.S hanya pada cerita
Nabi yusuf yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudara (tiri)-nya, Ketampanan
Nabi Yusuf yang mempesona banyak wanita terutama Siti Zulaikha dan Nabi Yusuf
yang ahli di dalam menafsirkan mimpi.
Tapi ada kisah perjalanan Nabi Yusuf A.S yang menarik namun luput di dalam
perhatian kita semua. Terutama kisah bagaimana nabi Yusuf A.S dapat mengelola
dan memanajemen Pangan di dalam Negara saat itu di zaman Kerajaan Mesir.
Semuanya berawal dari mimpi unik seorang penguasa Mesir.
Saat itu seorang Penguasa Mesir mendapat mimpi yang sangat unik dan
mengganggu pikiran dan hatinya. Mimpinya yaitu ada tujuh ekor sapi yang gemuk
yang kemudian mati dimakan oleh tujuh sapi yang kurus. Sang penguasa menganggap
mimpi ini ada kaitannya dengan posisinya sebagai Penguasa Mesir. Seorang
Penguasa yang menjadi puncak pimpinan untuk mengambil keputusan yang sangat
krusial bagi seluruh Masyarakat yang hidup di bawah tanggung jawab-nya.
Mimpi itu tersebar dan banyak masyarakat yang bingung dengan mimpi sang
Penguasa. Namun salah seorang Pelayan sang Penguasa ingat bahwa dia mengenal
Nabi Yusuf A.S yang mampu menafsirkan mimpi saat mereka masih bersama di dalam
penjara. Setelah pelayanan itu memberitahukan perihal kemampuan Nabi Yusuf A.S
ke Sang Penguasa, maka penguasa tersebut langsung memerintahkan agar Nabi Yusuf
A.S dikeluarkan dari penjara agar menemui dan menafsirkan mimpinya.
Ketika Nabi Yusuf A.S berhadapan dengan Sang Penguasa dan menceritakan
perihal mimpinya, Nabi Yusuf langsung menafsirkan mimpi sang Penguasa. “Arti
mimpi yang Mulia adalah Mesir akan mengalami tujuh tahun masa makmur dan tujuh
tahun kemudian mengalami masa yang sulit”, kata nabi Yusuf A.S kepada sang
Penguasa.
Sang Penguasa sangat kagum dengan kemampuan Nabi Yusuf A.S tersebut. Kemudian
dari hasil diskusi dan pembicaraan yang mendalam akhirnya sang Penguasa
mengangkat Nabi Yusuf A.S sebagai Pejabat Tinggi yang khusus menangani masalah
Pangan dan Logistik di wilayah Kerajaan Mesir.
Mesir di era tersebut merupakan masyarakat yang maju di dalam Pearadaban dan
Ilmu pengetahuan.. Ilmu Kimia, biolagi, biokimia dan arsitektur sangat
berkembang saat itu. Kemampuan ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan untuk
Teknik Pertanian dan Pengawetan makanan.
Dengan modal perberdayaan masyarakat dengan peradaban yang tinggi tersebut,
Nabi Yusuf A.S tidak banyak menemui masalah di dalam teknik dan manajemen
pengelolaan Pangan saat pasca panen. Teknik pengawetan makanan, system sirkulasi
pangan, Bangunan penyimpanan pangan yang sesuai standar, serta yang terpenting
adalah peraturan dan pegaturan mengenai gaya hidup dan kosumsi masyarakat juga
diperhatikan.
Masyarakat diajarkan bagaimana cara kosumsi pangan yang baik, sehat dan
teratur. Tidak membuang-buang panganan dan mungkin juga diajarkan bagaimana
mengelola sisa makanan agar dapat diolah menjadi panganan baru yang nilai dan
mutunya tidak berkurang. Seperti yang sebagian masyarakat Indonesia lakukan
misalnya menjadikan nasi sisa malam menjadi nasi goreng untuk sarapan pagi.
Pola hidup dan kosumsi seperti itu pasti sangat baru dan asing bagi
masyarakat Mesir yang makmur. Namun Kebijakan yang dibuat oleh Nabi Yusuf A.S
dibuat bukan hanya berlaku untuk masyarakat kalangan bawah tapi juga di tingkat
para Pejabat dan Orang Kaya. Konsistensi pelaksanaan kebijakan tersebut awalnya
pasti berat. Dan butuh waktu yang lama untuk mengubah karakter dan pola kosumsi
masyarakat yang secara realita saat itu berlimpahnya pangan namun diatur
kosumsinya seakan-akan Mesir mengalami krisis pangan.
Pembuktian dari keampuhan kebijakan Pangan tersebut terjadi setelah Mesir
melewati masa tujuh tahun kemakmuran. Mesir memasuki masa-masa sulit dan krisis
pangan. Iklim dan cuaca yang berubah sesuai siklus alamiah membuat tanah sulit
digarap dan ketersediaan serta supply air semakin rendah. Kondisi tersebut
membuat masyarakat petani yakin bahwa percuma untuk menggarap sawah dan
ladang.
Namun karena masyarakat sudah dididik dan dibiasakan untuk hidup yang teratur
maka masa-masa menjalani dan melewati krisis pangan dapat dihadapi tidak terlalu
berat. Masyarakat dapat mengambil cadangan makanan yang ada digudang penyimpanan
yang sudah tersedia oleh pemerintah. Penanganan logistic untuk masyarakat Mesir
saat itu bukan hanya cukup bahkan melimpah. padahal saat itu Krisis Pangan
terjadi di hampir seluruh Timur Tengah.
Dengan melimpahnya cadangan Pangan atau Logistik yang ada, bahkan menurut
pengamatan para ahli biokimia saat itu jika tidak dikeluarkan panganan yang ada
kemungkinan dapat busuk dan mengganggu cadangan pangan yang ada di gudang
penyimpanan. Atas dasar itu maka Nabi yusuf A.S mengeluarkan kebijakan ekspor
Pangan ke beberapa Negara tetangga yang dilanda krisis. Kebijakan ekspor pangan
tersebut menjadi cerita akhir dari Kisah Nabi Yusuf A.S yang kemudian dapat
bertemu kembali dengan keluarganya yang telah lama terpisah.
Cerita tersebut pasti menggugah kita yang hidup di Indonesia saat ini.
Wilayah Indonesia yang tanahnya subur, airnya berlimpah jutru terjadi krisis
pangan. Adalah aneh jika Indonesia mengaku Negara agraris justru mengimpor
Kedelai, buah-buahan dan sayuran dari Negara tetangga. Kita impor sapi, padahal
Negara kita punya potensi pengembangan ternak yang baik. Jika Negara kita tidak
subur, wajar jika kita melakukan impor. Namun kondisi ini justru membuat kita
merasa aneh dan heran. Apakah benar tanah kita tidak subur lagi? Ataukah bangsa
kita tidak ahli di dalam pertanian? Apakah kita tidak memiliki ahli di dalam
Teknologi dan manajemen pertanian? Ataukah lahannya yang semakin sempit? Atau
kita telah berhenti menanam panganan dan beralih menanam Gedung-gedung mewah di
lahan produktif yang terbukti lebih menguntungkan menurut iklan bisnis property
di media massa daripada menanam panganan yang merugikan dan berbiaya mahal?!
Yang jelas, Nabi Yusuf A.S telah mengajarkan kepada kita cara dan manajemen
yang handal di dalam mengelola Pertanian dan Pangan. Dan satu lagi yang perlu
kita ingat, “Nabi Yusuf A.S sebelum menjadi Pejabat dan Manager yang Handal
adalah mantan Narapidana” janagn sampai kita melakukan hal yang sebaliknya !!!!
sumber : eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar