Senin, 02 Desember 2013

Membeli Masa Depan

Menjelang Desember, saya masih membahas tujuan keuangan lebih detail.  Pernahkah Anda membuat resolusi tahunan menjelang tahun baru? Apakah resolusi tersebut membantu Anda mencapai yang diinginkan?

Seperti ditulis pada artikel lalu, target akhir tujuan keuangan adalah memiliki kesejahteraan hidup dengan materi yang kita miliki. Kita perlu bertanya pada diri sendiri, apakah masih berpikir “bekerja keras untuk uang” atau bagaimana “membuat uang bekerja untuk kita” kelak?

Umumnya pada masa belajar, kita diprogram dengan kepercayaan harus bekerja untuk mendapatkan uang. Hanya sedikit yang mendapatkan pengertian pentingnya membuat uang bekerja untuk kita.
Kerja keras memang penting, tapi belum tentu sejahtera. Bahkan tak sedikit yang masih hidup di bawah garis kesejahteraan.

Sebaliknya, ada sebagian masyarakat tampak santai bermain golf di hari kerja, tapi justru punya aset besar. Tentu saja mereka mengawalinya dengan kerja keras. Dalam perjalanan, mereka belajar bekerja dengan cerdas untuk sejahtera secara finansial. Artinya, uang yang diperoleh melalui kerja keras, kelak bekerja untuk kita.

Orang yang sukses secara finansial selalu berpikir jangka panjang. Mereka membeli kesejahteraan masa depan dengan mengatur pengeluaran sejak sekarang. Sebaliknya, orang yang memiliki kesulitan finansial berpikir hanya memenuhi kebutuhan saat ini. Kuncinya adalah menetapkan tujuan masa depan.
Ada dua pendekatan dalam menentukan tujuan keuangan. Pertama, berdasarkan prioritas kebutuhan. Kedua, dengan pertimbangan jangka waktu tertentu.

Pada pendekatan pertama, berarti kita harus segera menentukan tujuan prioritas yang ingin dicapai. Sedangkan untuk pendekatan kedua, visi Anda terhadap masa depan harus jelas.

Cobalah tarik garis panjang yang menggambarkan fase kehidupan saat ini hingga masa depan. Misalnya, tahun berapa akan pensiun, kapan anak-anak kita masuk jenjang pendidikan, serta tujuan sekunder lainnya.

Untuk jangka waktu, dapat dibagi menjadi: jangka pendek, menengah, dan panjang.
Tujuan jangka pendek memiliki rentang waktu antara 1-3 tahun, jangka menengah 3-5 tahun, dan jangka panjang di atas  5 tahun. Waktu adalah instrumen penting dalam investasi. Tak hanya ikut menentukan besaran risiko serta, tapi juga pilihan terhadap jenis investasi. 

Semakin pendek waktu investasi, semakin tinggi risikonya. Padahal, dalam waktu dekat uangnya mau digunakan. Dalam kondisi seperti ini, cobalah pada produk perbankan dan surat utang negara.
Untuk jangka waktu menengah, kita dapat mempertimbangkan faktor bagi hasil yang bisa kita maksimalkan dengan resiko sedang. Kombinasi beberapa instrumen bisa memaksimalkan hasil investasi. Produk yang bisa dipertimbangkan, misalnya logam mulia, valas, reksa dana campuran berbasis produk pasar uang dan saham.
Untuk tujuan jangka panjang, khususnya pensiun, ingatlah selalu agar memiliki passive income maksimal demi kebebasan finansial. Bagi kebutuhan yang pasti semacam dana pendidikan anak, gunakan instrumen yang agresif. Dengan begitu, kita bisa memperoleh hasil maksimal dengan menyisihkan seperlunya. Di antara instrumen investasinya, saham baik secara langsung maupun lewat reksa dana saham, beberapa komoditas, properti, serta bisnis lain.
Namun, sebelum memulai semua itu, investasikan dulu waktu Anda demi belajar mengenai berbagai macam produk investasi. Risiko terbesar dalam mencapai tujuan keuangan adalah berinvestasi pada instrumen yang tidak dimengerti.

Orang yang sukses secara finansial memiliki rencana terhadap setiap uang yang dikeluarkan. Uang adalah senjata untuk memperoleh kesejahteraan di masa depan. Ubahlah uang yang Anda cari secara aktif menjadi penghasilan pasif untuk Anda.
Have Fun(d)!!


To Serenity,
Dwita Ariani, MM, RFA, RIFA
Twitter: @BundaWita
Financial educator dari Zelts Consulting

sumber ; yahoo.co.id

Tidak ada komentar: