Minggu, 13 Februari 2011

Seorang Anak Kecil Berenang dengan Hiu



Seorang anak laki-laki KECIL yang telah menikmati seluruh hidupnya di laut berenang setiap hari - dengan HIU hewan peliharaannya.

Enal, dari Sulawesi, Indonesia, memegang ekor binatang yang cukup besar itu dan ditarik sepanjang saat mereka bermain di bawah air.

Pemandangan menakjubkan ini adalah kejadian sehari-hari bagi suku laut Bajau nomaden, yang telah hidup selama berabad-abad di laut.

luar biasa gaya hidup mereka didokumentasikan selama enam bulan oleh fotografer Inggris James Morgan.

Tetapi mantan mahasiswa Universitas Sussex yang berusia 24 thn ini mengatakan tekanan kebijakan lingkungan dan intervensi pemerintah bisa berarti akan menjadikan generasi terakhir dari suku laut.



Dia berkata: "Anak kecil di salah satu gambar saya adalah Enal, dan ia memang memiliki hewan peliharaan hiu.
"luar biasa melihat bagaimana ia bermain dengan hiu sama seperti seorang anak laki-laki atau perempuan di Inggris yang bermain dengan anjing keluarga.

"Sepertinya seorang Bajau memiliki hubungan luar biasa dengan lautan dan kehidupan yang tinggal di sana.

"Mereka tinggal di perahu yang dikenal sebagai Lepa Lepa, panjang sekitar lima meter lebar satu meter dan mereka menghabiskan seluruh hidup mereka di laut.

"Alasan saya ingin foto dan hidup dengan orang-orang ini sebagian karena saya juga memiliki cinta akan laut dan juga karena saya ingin menyampaikan pesan mereka ke dunia yang lebih luas.

"Ini bisa menjadi generasi terakhir yang mampu hidup di laut karena banyak alasan".
"Hanya sedikit makanan bagi mereka karena over fishing, ada tekanan kebijakan lingkungan dan ada tekanan dari pemerintah untuk merelokasi mereka ke permukiman di darat."

James, yang berasal dari Bournemouth, Hants, didanai untuk proyek oleh Royal Society Fotografi di Inggris.

Dan meski masih muda antropolog ini telah mengerjakan proyek lain di Amazon dan Mongolia.

Dia menambahkan: "Tujuan utama saya dari pertemuan orang-orang dan berbagi kehidupan mereka dalam waktu yang singkat adalah untuk membawa penderitaan mereka menjadi perhatian seluruh dunia.

"Cara hidup suku Bajo mungkin akan segera punah selamanya dan sesuatu perlu dilakukan untuk membantu mereka."

source


Suku Bajo pernah menguasai perairan Nusantara di masa silam. Hampir seluruh pulau berpenduduk di Nusantara pernah mereka rambah. Tak heran mereka dianggap sebagai jembatan penghubung pulau-pulau Nusantara dan cermin keunggulan bahari.

Ketika menguasai Nusantara, penjajah menghalau Suku Bajo dari berbagai tempat. Kini suku terkemuka ini tinggal tersudut di salah satu kawasan di Sulawesi Utara.

Suku Bajo adalah suku pengembara laut. Pada awalnyanya mereka hidup diatas perahu, berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Meski saat ini banyak warga suku Bajo yang tinggal di daratan, kehidupan mereka tidak bisa dipisahkan dari laut. Di Indonesia, permukiman suku Bajo dapat ditemukan di beberapa daerah. Suku Bajo di pulau Lombok ditemukan disebuah kampung di kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur sedangkan di Pulau Sumbawa, mereka dapat dijumpai di Pulau Moyo dan sekitarnya, serta kawasan Bima di sebelah Timur Sumbawa. Di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur terdapat kota bernama Labuhan Bajo salah satu tempat orang bajo yang dapat dijumpai sepanjang pesisir Kabupaten Manggarai Barat hingga Flores Timur. Di Sulawesi, suku bajo menyebar di beberapa propinsi yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara serta Sulawesi Selatan. Di Gorontalo, suku Bajo terdapat di sepanjang pesisir teluk tomini yaitu di Torosiaje, Kabupaten Pohuwato dan di Tanjung Bajo, Kabupaten Bualemo.

Dibandingkan dengan permukiman suku Bajo di daerah lain, permukiman suku Bajo di Torosiaje memiliki keunikan tersendiri yaitu permukiman tersebut dibangun di atas laut yang benar-benar terpisah dari daratan. Torosiaje terletak di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, kurang lebih 300 km ke arah barat kota Gorontalo. Terdapat jalan darat relatif mulus yang menghubungkan Kota Gorontalo dengan Desa Torosiaje. Ada dua perkampungan suku Bajo di Torosiaje. Pertama yaitu perkampungan suku Bajo di Torosiaje Jaya yang terletak di daratan, dan yang kedua perkampungan suku Bajo yang terletak di atas laut yaitu Desa Torosiaje laut.



Perkampungan suku Bajo di Torosiaje memiliki bentuk menyerupai huruf U yang terbuka ke arah laut, yang dapat dicapai dari dermaga penyeberangan di Desa Torosiaje Jaya dengan menggunakan perahu selama kurang lebih 15 menit. Cikal bakal perkampungan Suku Bajo di Torosiaje telah dimulai sejak tahun 1901. Pada awalnya mereka adalah sekumpulan pengembara yang tinggal di atas rumah perahu atau Soppe. Karena timbul keinginan untuk menetap akhirnya mereka membangun rumah panggung dari kayu di atas laut. Seiring dengan berjalannya waktu, populasi orang Bajo di Torosiaje semakin meningkat. Saat ini Desa Torosiaje laut memiliki jumlah penduduk mencapai 1027 jiwa.

source

Tidak ada komentar: