Jumat, 21 Desember 2012
Tersihir Ombak di Pantai Sorake
Nyiur melambai, udara cerah, dan gulungan ombak hingga belasan meter tentu menggoda peselancar. Inilah daya tarik Pantai Sorake dan Lagundri, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara. Datang dan jadilah bagian dari orang-orang yang tersihir.
Tiga bocah belasan tahun menenteng papan selancar yang panjangnya melebihi tinggi badan mereka. Mereka melangkah di atas batu karang menyongsong ombak Pantai Sorake yang terus memecah. Begitu sampai di kedalaman air seperut, mereka tengkurap di atas papan, melawan ombak dengan mengayun menggunakan kedua tangan.
Tubuh ketiga bocah itu timbul tenggelam di antara ombak yang menggunung. Tiba-tiba satu per satu muncul, berdiri di atas papan yang meluncur di atas ombak setinggi 5 meter. Sesekali badan membungkuk mencari keseimbangan. Ketika ombak memecah, satu di antara mereka bermanuver dengan membungkukkan badan mencari keseimbangan. Sesaat kemudian, papan selancarnya melenting mengikuti gulungan ombak. Gerakan slalom menyelamatkan dia untuk tetap meluncur setelah ombak pecah. Dua temannya gagal dan jatuh.
Sampai di tepi pantai, ketiganya beristirahat. ”Cuaca bagus. Saya bisa sampai sore di sini,” kata Indra Gowasa (12), satu dari tiga peselancar cilik itu.
Sekitar 50 meter dari bibir pantai, belasan pelancong asing timbul tenggelam di antara gulungan ombak. Sesekali satu atau dua orang di antara mereka meluncur deras bersama ombak setinggi hingga 6 meter. Sudah tiga jam mereka berselancar, tetapi seolah tak lelah.
Menjelang petang, satu per satu peselancar menepi, mengakhiri sesi mengendarai ombak yang memacu adrenalin itu. ”Belum begitu capai, tetapi sudah gelap. Besok kami lanjut lagi,” kata Eric (22), pelancong asal Australia. Ia menjadi peselancar sejak enam tahun lalu.
Pantai Sorake adalah salah satu titik favorit bagi peselancar seperti Eric. Saat ombak sedang bagus, ketinggiannya mencapai 15 meter. Ini biasanya terjadi pada Juni-Juli. Ombak di Sorake memiliki lima tingkat dan cocok untuk semua peselancar, baik yang baru belajar maupun yang sudah mahir.
Eric menceritakan, ombak di Sorake kualitasnya sangat bagus. Mungkin hanya bisa dikalahkan oleh ombak di Hawaii, Amerika Serikat. Dia kerap mendapatkan ombak berongga (hollow), jenis ombak yang paling dicari peselancar sebab amat menantang.
Sebelumnya, dia beserta lima rekannya berkunjung ke Lombok dan Bali untuk tujuan yang sama, berselancar. ”Saya akan di Sorake sampai 10 hari. Ombaknya lebih menantang dibandingkan dengan Lombok atau Bali,” ujarnya lagi.
Kualitas ombak Sorake yang bagus itu membuat peselancar tergiur. Hampir setiap tahun, mereka menggelar kontes atau lomba selancar. Terakhir, akhir tahun 2011 lalu, peselancar lokal menggelar Surfing Contest 2011 Nias Board Rider I. Tak kurang dari 132 peselancar ikut dalam kontes itu.
Pelancong lokal dan mancanegara yang datang ke Sorake berdampak secara ekonomi bagi warga setempat. Penginapan dan rumah makan kebanjiran rezeki. Begitu juga bagi fotografer dan videografer, seperti Alvin Wau (17). Dia bekerja dengan mendokumentasikan aksi pelancong saat berselancar. Untuk 100 berkas fot o dalam bentuk digital, fotografer itu menerima bayaran hingga Rp 1,5 juta.
Alvin biasanya bekerja sejak pukul 07.00 sampai 11.00, kemudian melanjutkan hingga pukul 16.00-18.30 saat matahari terbenam. Kurun waktu itu merupakan waktu favorit bagi pelancong untuk berselancar. Namun, jika hujan turun, tak ada pelancong berselancar.
Bulan Juni-Juli merupakan saat-saat Alvin dan penduduk lokal Sorake meraup rezeki. Sebab, pada bulan-bulan itu, cuaca cerah, ombak tinggi, dan tentu saja pelancong meruah.
Alvin bermodal kamera digital dan komputer untuk memproses penyimpanan foto ke dalam compact disk. Dalam sebulan, Alvin sedikitnya mengantongi penghasilan Rp 5 juta.
Makin mudah diakses
Pantai Sorake terletak di Kepulauan Nias. Apabila ditarik garis lurus, jarak Sorake sekitar 350 kilometer arah selatan Medan. Dahulu untuk ke Nias, pelancong harus menempuh jalan darat dengan mobil dari Medan ke Sibolga dengan waktu tempuh sekitar 12 jam. Dilanjutkan dengan memakai kapal menyeberangi laut selama 10 jam.
Kini, untuk mencapai Nias, pelancong dapat menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh 50 menit. Penerbangan sekali sampai empat kali dalam sehari. Untuk ke Sorake, tinggal melanjutkan perjalanan menggunakan mobil selama tiga jam.
Bahkan, pada tahun 2013 nanti, akses ke Nias Selatan semakin mudah. Sebab, Pemerintah Kabupaten Nias Selatan tengah membangun bandara yang terletak sekitar 3 kilometer dari Sorake. ”Semoga Agustus 2013 nanti, bandara ini sudah dapat beroperasi sehingga pelancong tak perlu lagi menempuh jalur darat dari Gunungsitoli,” ujar Bupati Nias Selatan Idealisman Dachi.
Selain itu, kata Idealisman, Pemkab Nias Selatan tengah berbenah dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap pelancong. Pemkab Nias Selatan mendidik pemilik penginapan dan pelayannya agar dapat bersikap lebih ramah, sopan, dan menyenangkan. Tujuannya tentu saja membuat pelancong semakin betah di Nias Selatan.
Nias Selatan tak hanya menjanjikan keindahan Sorake. Pelancong juga dapat menikmati eksotisme desa adat Desa Bawomataluo, Kecamatan Fanayama, sekitar 30 menit perjalanan dari Sorake.
Di desa ini, pelancong dapat menikmati sajian tari perang, lompat batu (hombo batu), serta bangunan rumah tradisional Nias Selatan. Tradisi itu kini tengah dikaji untuk dijadikan warisan dunia. Bawomataluo menyimpan banyak kearifan. Sorake menyajikan keindahan. Silakan menikmati keduanya, berteduh di Bawomataluo setelah bergelut dan tersihir dengan ombak Sorake yang memesonakan itu.
Sumber :Kompas Cetak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar